Sudut Sekarang



Perebutan Piala Kayu di Desa Sukasuka diiringi perkelahian yang cukup panas antara kapten tim Pohong yaitu si Riko dan kapten tim Sokle yaitu si Ratno. Tak jelas apa yang menyebabkan perseteruan antara kedua tim. Sorak sorai penonton dari pinggir lapangan turut memperkeruh suasana pertandingan. Banyak benda yang dilempar penonton ke dalam lapangan. Meliputi botol bir, roti, bahkan arem-arem pun ikut menghiasi panasnya perkelahian antar kapten tim.
Pada awal pertandingan sebenaranya keadaan cukup kondusif baik tim yang berada di dalam lapangan maupun penonton yang menempati pinggir lapangan. Diawali dengan perjanjian fairplay yang disaksikan oleh penonton. Pertandinganpun dimulai penonton sungguh riuh dengan berbagai chant yang mereka nyanyikan serta permainan apik ditunjukan oleh kedua tim.
“woyy, oper sini biar si kunjali kena” tukas salah seorang pemain tim Sokle
“Sebentar, masih ada si Riko tuh didepan tatanan” sahut sang kapten si Ratno
“permainkan alur, biar kutata gentengnya jangan sampai morak-marik” dibalas teriakan kapten tim Pohong yaitu si Riko.
Tampaknya tim Sokle mulai kewalahan ditengah-tengah permainan. Dengan taktik tikitaka ala Pep Guardiola tim Pohong mengacak-acak pertahanan tim Sokle. Keadaan yang demikian memaksa tim Sokle mengeruk habis tenaganya untuk mempertahankan formasi defence demi mempertahankan tim agar tak terus terserang.
Soklene dadi lilin. Soklene dadi lilin” teriakan dari pinggir lapangan terus membuat frustasi tim Sokle. Penonton memberi teror yang sangat lugas dan sangat menusuk konsentrasi para pemain Sokle. Hal itu membuat kapten tim Sokle si Ratno mengelus dadanya. Namun, dalam hatinya sudah dalam keadaan puncak emosi. Posisi Ratno dan Si Riko yang sedang berhadap-hadapan berikut sorak-sorai dari suporter Sokle yang membuat emosi Ratno memanas memaksanya harus menjegal Riko selaku pimpinan tim Pohong. Tak ayal Riko pun jatuh tersungkur.
“Jan*ok” seketika muncul dari indera pengucap Riko sembari Ia mencoba berdiri.
“Ulangi, barusan ngomong apaan kamu?” dibalas dengan nada meninggi oleh Ratno.
“Permainan macam apa ini?, tadi kita sudah sepakat untuk fairplay tapi malah seperti ini permainanmu. Curang!” saat berdiri disambung dengan dorongan Riko terhadap Ratno.
Dalam keadaan tersebut penonton turut tersulut emosinya. Apa yang mereka pegang berjatuhan di lapangan. Sepertinya suporter Pohong sangat menguasai suasana di pinggir lapangan. Sebab, tak ada nyanyian dari suporter tim Sokle yang terdengar.
Kondisi di lapangan masih sangat begitu panas. Di tambah dengan berbagai benda yang berterbangan berikut kapten kedua tim yang saling mencaci dan saling mendorong. Memaksa salah seorang penonton memasuki lapangan untuk ikut meredakan emosi antar kedua tim.
“Sudah-sudah hentikan semua perkelahian ini, ini tidak penting, terlebih bagi kita yang berada di pinggir lapangan” ucap penonton tersebut.
“nggih” sahut Riko serta Ratno dibarengi dengan salam-salaman.
Adzan maghrib berkumandang dari masjid        Al-Ikhlas yang memaksa pertandingan harus disudahi dengan pemenang yang belum didapatkan. Sehingga harus dilanjutkan esok hari selepas pemain kedua tim pulang sekolah.

***

Akhirnya pertandingan dilanjutkan. Permainan berlangsung dengan sportif kedua tim saling serang. Tampaknya kali ini tim Sokle mampu membalikkan keadaan dengan memimpin jalannya pertandingan. Peluit panjang pun ditiupkan dan Piala Kayu diraih oleh tim Sokle.
Di sela-sela euforia kemenangan tim Sokle. Ratno mendekati Riko dan mengajaknya bersalaman sekaligus pertanda bahwa pemenang sudah ditentukan berikut ucapan selamat dari Riko atas berhasilnya tim Sokle merengkuh piala kayu tahun ini.
“Tanpa pak RT kemarin untuk mendamaikan kita mungkin kita sudah di marahi habis habisan oleh bapak kita no” ucap Riko.
“tadi aku di sekolah juga membayangkan ko. Masa iya berkat pertandingan yang sudah kita sepakati untuk fairplay kita melangkahinya kan lucu” jawab Ratno dengan gelak tawa.
“kita sahabatan lagi ya no. jangan karena seperti ini kita saling menjauh. Hahahaha” Riko dengan tawa yang berbunga-bunga memeluk si Ratno.
Merekapun akhirnya merayakan dengan bersukacita secara bersama-sama. Piala Kayu sudah dimenangkan. Harapan mereka selaku pemain adalah permainan ini tetap dipertahankan sebagai tradisi. Permainan untrakol namanya permainan asal Jawa Tengah yang mulai ditinggalkan oleh pemudanya sendiri.
Riko dan Ratno menjadi primadona sekarang di desa sukasuka berkat permainan mereka yang brilian serta pesan perbedaan yang mereka sampaikan di arena pertandingan. Kini Riko dan Ratno dinobatkan sebagai duta damai Desa Sukasuka. Wajah mereka menghiasi papan reklame di berbagai sudut desa di reklame tersebut juga dihiasi oleh caption bijak yang dikutip dari media sosial Instagram.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer