Sisa Jejak Gunung Andong
Dok : Usnul
Matahari terlihat temaram seharian terselimuti mendung. Menemani perjalanan saya dengan beberapa rekan saat akan menjejakkan kaki di Gunung Andong. Terlihat antusiasme yang begitu kuat dari tatapan tajam mereka.
Seperti biasa sebelum saya melangkahkan kaki pasti mengajak rekan untuk memanjatkan doa terebih dahulu. Kami mulai melangkah ba'da isya, diiringi suara jangkrik yang khas berikut hembusan angin malam yang begitu menusuk sukma. Namun, selalu ada cerita yang perlu ditulis setiap kaki ini melangkah.
Langkah yang telah jauh melangkah dari beton mulai menapaki susunan batu dan tanah becek. Hingga terjadi tragedi lucu maupun menegangkan seperti terjatuh, sakit perut, serta terperosok. Setiap tragedi yang terjadi merupakan sebuah pembelajaran dari semesta mengenai penerimaan, karena bila dianggap penyesalan pastinya perjalanan akan terasa berat dan jauh.
Setibanya kami di camp ground. Tenda mulai di dirikan, badan mulai direbahkan sembari menunggu rekan yang memasak. Lain halnya dengan diriku, aku pasti memilih untuk melihat sekitar camp ground dengan menyendiri. Mendengar bisikan angin, merasakan pesan yang diberikan semesta padaku. Setelah masakan matang aku dipanggil orang yang aku sukai untuk makan malam dulu.
Ketika yang lain mulai mencari peraduan damai dalam lelapnya tidur, tinggal aku dan seorang rekan saja kami berbagi cerita dan beberapa asa. Beberapa waktu setelah bercerita kami melihat dua orang yang baru naik namun tidak membawa peralatan camp lalu kami mengajak mereka untuk sekadar membuat kopi dan sharing. Kami bertukar cerita satu sama lain sampai tidak sadar kalau adzan subuh berkumandang. Akhirnya kami memutuskan diri untuk beristirahat.
Harapan kami dihari sebelumnya ialah mampu melihat sang fajar menampakkan diri dari timur. Namun, tampaknya mentari masih bersekongkol dengan mendung agar tak memperlihatkan dirinya. Hari menjelang siang rombongan mulai beraktivitas sesuai keinginan hati, ada yang masak, mengambil foto, maupun sekadar berkeliling camp ground.
Hari mulai sore. Rombongan memutuskan turun walaupun keadaan hujan, tidak mengendurkan semangat mereka untuk turun guna secepatnya menceritakan pengalamannya kepada orang-orang disekelilingnya sesampainya di rumah nanti.
Tunggu lagi ya cerita berikutnya
Alang-alang
Komentar
Posting Komentar